Cerita Si Puding Mangga
Tapi kali ini, saya pngen memanfaatkan mangga dari rumah simbah, sebagai additional bahan. Browsing sana sini akhirnya nemu resep yang menggiurkan dan sepertinya mudah.
Semangat 45, bareng si anak kedua, uplek di dapur kecil kami. Menuang susu, menambahkan gula, mengaduk bubuk agar - agar, memblender mangga..all is done..hingga saatnya mengeluarkan si puding dari kulkas, 2 jam kemudian. Total 3 jam dari mulai proses persiapan, memasak, hingga menunggu puding dingin dan siap dimakan. Kebayang kaaann..gimana penasarannya
Rasa deg-degan melihat reaksi anak - anak, membayang seiring pisau mengiris si puding yang kuning menarik hati karena mangga yang masak di pohon. Berharap pujian pastinya.
Suapan sendok pertama, masuk ke mulut mungilnya
Deg2an masih berlanjut karena tak kunjung ada komentar dari bibir yang masih rapat terkatup, mata yang sedikit menunjukkan ekspresi berpikir. Saya yakin, bakalan ada tanggapan buruk. Karena jika suka, dia pasti udah mengungkapkannya di awal suapan masuk ke mulut.
"Ibuk, ini pudingnya beda ya, nggak kayak jelly? Tapi gapapa kok ibuk, mungkin ibuk masih harus belajar lagi," komentarnya, sambil menyuapkan sendok kedua, yang saya tau, hanya untuk menyenangkan ibuknya.
Alih - alih mencela ibunya karena kecewa, melihatnya berusaha menenangkan dengan pemilihan diksi yang so sweet dan bijak, rasanya gemesss..legaaaa dan pngen ketawa.
Hal yang kadang ibuk aja masih sering terpeleset kata, bereaksi kesal ketika melihat kamu dan kakak tidak berlaku sesuai harapan ayah dan ibuk.
Ibuk kecewa. Tapi kamu tentu lebih kecewa ya nak, udah bersabar 3 jam, berharap besar bisa makan puding jelly sesuai ekpektasi kamu...eeh ternyata hasilnya beda. Maaf ibuk tadi pake tepung agar - agar nak, bukan jelly powder...hiksss, abis resepnya begitu.
Aahh..hari ini ibuk belajar lagi dari kamu, bagaimana mengendalikan rasa kecewa sekaligus berusaha menenangkan dan menghibur ibuk. Makasih Lee..
Besok kita coba lagi yaaa..mumpung mangganya masih banyak
#SemestaBiru
Komentar
Posting Komentar