Treasure Hunt

Sebut saja, si anak kedua. Lagi - lagi tentang dia. Lelaki kecil di ujung semester gasal, TK B. Yang kalau menulis masih sering kurang tepat. Banyak kata yang ditambahkan w atau y, tidak pada tempatnya. Seperti "ramuwan", "petuwalang", "ciyum", "siwap", "sekerim ( maksudnya es krim)", "masmelo ( marsmellow ) dll yang membuat saya kadang tidak bisa menahan ketawa. Tapi, bagi saya, yang penting dia paham dan melakukannya dengan senang hati. Orang saya aja juga masih sering salah.


Beberapa hari ini, kami berdua asik memainkan "treasure hunt". Bergantian kami menjadi pembuat peta dan pencari harta karun. Seru dan salut melihatnya mencoba membuat konsep alur, jebakan dan merancang penempatan "harta karun". Kemampuan menulis dan membacanya memang masih terbatas, tapi daya imajinasinya bagi saya, to the infinity..and beyond..menuju tak terbatas dan bahkan melampauinya.

Dalam permainan ini, ia membuat berbagai jebakan seperti buku pemakan, pasir penghisap, labu penggigit..dan lain - lain  menggunakan berbagai mainannya yang ada. Karet gelang diumpamakan cacing rawa, dan saya mesti sportif berlaku layaknya orang yang terkena jebakan, jika memang tidak sengaja menyentuh atau menginjaknya 😅

kalau petanya seperti ini, kira2 berapa hari bisa nemu harta karunnya hehehe..

salfok dengan heloiiinnn..
Ketika tiba giliran saya menjadi "penyimpan harta karun", saya sedikit memodifikasi permainan, dengan menuliskan petunjuk berantai di tiap kertas yang berhasil dia temukan yang akan menuntunnya ke harta karun. Harapannya, selain melatih kemampuannya membaca, sekaligus mengasah pemahaman atas apa yang dia baca.

Hasilnya? Meskipun harta karun hanya berupa snack favoritnya dan hadiah tertinggi sesuai request dia adalah french fries bikinan ibunya, tapi seharian dia nggak akan nyari gadget dan TV.  Dan bagi saya, momen bersamanya dan dia sendiri adalah harta karun saya yang sesungguhnya

#semestaBiru

Komentar

Postingan Populer