Ibuku, The Law of Attraction dan Pak Amien Rais

Sebuah cerita berdasarkan penuturan ibu, tentang perjuangannya meraih mimpi

Pada tulisan malaikat tak bersayap , saya sudah sedikit bercerita tentang ibu saya. Seorang pegawai negeri sipil, yang mengabdikan 40 tahun hidupnya sebagai guru sekolah dasar di kota kecamatan kami.

Sungguh bukan perjuangan yang mudah bagi beliau untuk mencapai impiannya sedari kecil, sebagai guru. Siapapun yang bertanya tentang cita - cita, dengan tegas sedari kecil ibu tidak berubah pendirian. Tak peduli belum ada gambaran bagaimana mencapainya. Tak risau meski tidak ada biaya. Simbah saya, orang tua ibu, meski hanya petani, hidup di pedesaan, tapi sangat kuat dalam pendidikan agama. Satu hal yang sangat penting perannya bagi perjuangan ibu meraih mimpinya. Melebihi peran segala bentuk materi.

Saat kakak - kakak perempuan ibu menyerah dengan peralatan bertani, ibu melanjutkan mimpinya. Sekolah dasar dilalui tidak dengan mudah. Pagi menggendong aneka dagangan makanan kecil untuk dititip di pasar, pulang sekolah hingga isya masih membantu di uwo ( budhe ), membuat makanan kecil untuk dijual keesokan harinya. Pulang ke rumah sambil membawa sisa makanan kecil yang gagal produksi adalah bakti ibu bagi simbah, yang digunakan untuk makan malam dan sarapan keesokan hari.

Telat sampai sekolah ketika pagi, hampir setiap hari. Alhamdulillah ibu kepala sekolah yang terkenal galak, tidak memberi hukuman, bahkan memarahi anak lain yang mengejek ibu. Karena ibu kepala sekolah tahu apa penyebab telatnya ibu, yang harus mampir setor dagangan ke pasar, kondisi ekonomi keluarga. Dan ternyata ibu kepala sekolah pernah mengungsi ke desa, ke rumah simbah, ketika rumah beliau di kota diserang Belanda. Aahhh..kemudahan lagi dari Allah

Karena keterbatasan sekolah di masa itu, setelah lulus SD, ibu melanjutkan sekolah ke Solo, sekitar 20km dari stasiun kami. Jarak dari rumah ke stasiun sekitar 1.5km, melewati sawah luas yang gelap saat subuh perjalanan ibu ke stasiun. Setiap hari. Diantar oleh salah satu kakak perempuan ibu. Sambil tetap menggendong makanan kecil untuk dititip di kantin sekolah. Sore jelang maghrib adalah perjalanan pulang. Demikian setiap hari.

Mengeluh? Mungkin iya. Tapi putus asa, tidak.

Ibu masih tidak tahu bagaimana mencapai mimpinya menjadi guru pns.

Hingga suatu ketika, qadarullah mempertemukannya dengan Pak Amien Rais, yang kala itu berkunjung ke SGTK ( Sekolah Guru Taman Kanak - Kanak ) Muhammadiyah, tempat ibu bersekolah di waktu pagi dan kerja di pabrik konveksi sepulang sekolah, untuk menyambung hidup.

Takdir Allah juga ibu mendapat perhatian dari beliau. Hingga Pak Amien menawari tinggal di rumah ibu Pak Amien, Ibu Suhud Rais yang juga salah satu pengajar ibu di SGTK. Ibu yang selama ini tidak punya arah dalam usahanya mencapai impiannya, seakan menemukan nakhoda yang siap mengarahkan langkahnya.

Atas arahan Pak Amien Rais, ibu ikut mendaftar ujian kelulusan di SPG ( Sekolah Pendidikan Guru ) di Kleco, Solo. Meskipun setengah mustahil dan banyak orang meremehkan karena ibu belajar di SGTK, bukan SPG. Namun berkat buku - buku pendidikan SPG yang banyak tersedia di rumah Ibu Suhud, ibu lulus. Belajar otodidak. Mungkin juga karena kekuatan doa dan niat ibu, serta restu dan doa simbah di rumah.

Fokus belajar ujian SPG, ibu meninggalkan pekerjaan di pabrik konveksi, karena tidak perlu mencari tambahan ongkos membayar kos dan keperluan makan. Semua alhamdulillah terbantu selama tinggal di rumah Ibu Suhud. Setelah menyapu, mengepel dan pekerjaan rumah lainnya, ibu bersiap sekolah dan belajar. Satu keahlian ibu yang disukai oleh Ibu Suhud, mengerok badan, kerokan.

Jadi pada tahun tersebut, ibu mendapat 2 ijazah langsung, SGTK dan SPG.  Ujian SPG dilalui dengan susah payah, sistem gugur kurang lebih 15 tahap yang menguras energi. Mungkin tidak sebanyak itu tahapnya, tapi pada intinya ibu sudah berusaha keras, sementara ibu tidak mendapatkan materi SPG sama sekali. "Harus berusaha, berdoa dan mandiri. Jangan malas. Pasti bisa," kata ibu menirukan ucapan Pak Amien Rais kala itu.

Berbekal ijazah dari SPG, Pak Amien mengarahkan ibu mendaftar di Dinas P & K. Mengikuti segala macam ujian, hingga akhirnya dinyatakan lulus dan berhasil menggapai mimpinya, menjadi guru. Alhamdulillah, sujud syukur

Quantum Ikhlas - The Law of Attraction

"manusia adalah magnet dan setiap detail peristiwa yang dialaminya atas daya tarik ( undangan ) nya sendiri." ( Elizabeth Towne, 1906 )


Pernyataan cita - cita ibu yang demikian kuat sepanjang waktu, fokus ibu meraih mimpinya, keikhlasan dan kepasrahan ibu dengan tidak adanya biaya dan arahan how to mencapainya, hingga pertemuan dengan Pak Amien Rais dan keluarga, bagi saya merupakan contoh nyata statement Towne di atas.


Disadari maupun tidak, yang ada di hati ibu, sama dengan apa yang dipikirkan ( difokuskan ), sehingga semua energi kuantum semesta mengarah ke hal yang sama. Oleh karena sifat pikiran yang luar biasa, energi tersebut berkumpul untuk akhirnya mewujudkan ( menarik ) sesuatu yang sesuai dengan fokus pikiran, yaitu cita cita ibu sebagai guru.

So hati - hati dengan apa yang anda pikirkan, fokuskan, setiap kata - kata yang diucapkan maupun yang tidak terucap ( dalam hati ). Karena energi kuantum semesta memiliki respon persetujuan otomatis, tidak akan mengkonfirmasi dulu. Anda mendapatkan apa yang anda pikir dan fokuskan, meskipun anda tidak menginginkannya. Demikian yang saya baca di buku Quantum Ikhlasnya Mas Nunu, Erbe Sentanu, bahwa pada dasarnya ada dasar - dasar ilmiah logis tentang terjadinya sebuah keajaiban ( kemudahan ) yang terjadi. Sesungguhnya kita mampu membuat keajaiban itu dalam kehidupan sehari - hari.


Ibu tentu tidak membayangkan bakalan ketemu Pak Amien Rais sebagai mentor. Tidak menyangka bisa ikut ujian di SPG karena beliau tidak sekolah di sana, bahkan bisa lulus dan dapat ijazah. Bisa lolos seleksi guru di P & K. Bahkan sampai sekarang ibu masih heran karena bisa bersekolah, dengan biaya sendiri. Bahkan menjadi pns, tanpa uang sepeserpun

Most of them, berdoalah, libatkan Tuhan

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu " ( QS. Al Mukmin:60 )

Apa kabar kita?
Dengan segala disrupsi saat ini, tetap fokus pada apa yang kita inginkan, tentu menjadi tantangan tersendiri. Beda zaman, beda keadaan, beda tantangan. Tapi pikiran dan perasaan tetap berperan sama

Selamat menyelami pribadi kita


















Komentar

Postingan Populer