Berhenti Jadi Orang Baik

Kira - kira setahun lalu, hampir setahun lalu sebenarnya, anak saya curhat histeris di motor yang sedang kami naiki.

Kenapa saya bisa yakin hampir setahun lalu, karena waktu itu kami baru pulang dari bersih - bersih dan memasang daun pintu di salah satu rumah yang kerap kami sewakan, karena calon penyewa menghendaki tambahan kamar, sehingga ruang keluarga kami renovasi menjadi kamar tidur. Kebetulan bulan depan, Agustus ini adalah renewal kontrak. Jadi memang hampir setahun lalu.

Sembari motoran santai beli nasi padang buat makan malam para tukang yang memasang pintu, saya perhatikan mbarep saya suntuk melihat Hpnya. Tidak fokus ketika saya ajak ngobrol. Sangat di luar kebiasaan ketika kami sedang di atas kendaraan. Biasanya dia selalu banyak celoteh. Walaupun sekedar mengomentari lampu jalan, jenis kendaraan yang berpapasan, plang toko. Apapun.

Urusan beli nasi beres, dengan sedikit drama saat memilih lauk untuk dia, karena situasi hatinya yang entah kenapa itu. Saya masih tahan untuk tidak membahasnya di tempat umum.

Saat sedang di motor kembali ke rumah yang sedang direnovasi, saya coba ajak dia bicara, whats wrong, beb?

Mulailah terurai sebab musababnya. Tentang kekecewaannya dan sekaligus kekhawatirannya. Ada tugas rekrutmen anggota baru ekskul yang diikutinya. Ada adik kelas yang sudah beberapa waktu jadi target dan bersedia mendaftar. Masalahnya tiba - tiba ada temen sesama anggota ekskul yang mendaftarkan si adik kelas ini juga, atas nama si temen ini. Padahal edukasi ke adik kelas terhadap kegiatan ekskul ini atau pedekatenya hingga muncul rasa tertariknya, dilakukan oleh mbarep saya. Apesnya lagi, malam itu adalah hari terakhir target waktu rekrutmen. Besok paginya saaat ekskul, harus sudah dilaporkan ke pembinanya.

Panik lah dia. Misuh - misuh campur nangis disela curhat, hingga keluar kata - kata "Aku mau berhenti jadi orang baik. Jadi orang baik cuman dimanfaatkan dan diinjak - injak orang lain."

Jleb banget dong saya. Wah nggak bisa dibiarin ini, pikir saya

Tarik napas, hembusin lagi, tarik lagi..sambil memilah dan memilih kata yang tepat, memikirkan solusi terbaik yang bisa saya pikirkan saat itu, sekaligus membangkitkan semangatnya. Sambil deg - degan tentu saja, la wong nol pengalaman, ini punya anak juga learning by doing, nggak pernah ikut parenting2an, baca ilmu parenting juga sambil lewat, kadang baca judulnya doang.

Jadi begini kata saya :

1. Cari target lain sebisanya malam ini dan dokumentasikan semua usaha rekrut si adik kelas yang gagal tadi plus usaha yang dilakukan malam ini

2. Paralel ceritakan kronologi cerita permasalahannya ke kakak pembina ekskul, malam ini juga. Selanjutnya serahkan keputusannya kepada kakak pembina ( salah satu agreement tentang rekrutmen, adalah ada punishment untuk yang gagal rekrut. Ini yang bikin dia panik )

3. Saya puji rasa tanggung jawabnya untuk memenuhi tugas, tapi memang kita harus siap untuk kondisi apapun dan selalu berpikir cepat untuk menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi

4. Jangan biarkan orang lain mendown grade value kita. 

5. Belajar dari situasi sekarang untuk menghindari hal yang sama akan terulang kembali. Jika si adik kelas udah tertarik dan siap mendaftar, segera saja didaftarkan, jangan menunda sesuatu

6. Tidak semua kebaikan dibalas kebaikan saat ini juga. Kadang malah dapatnya pengkhianatan, kadang dibalas kebaikan juga tapi entah kapan. Kalau dibalas saat ini juga ya syukuri aja. Kalau misal dirasa nggak ada balasan apa - apa, toh rasa senang, bahagia setelah melakukan kebaikan, adalah balasan instan yang kadang tidak kita sadari

7. Terima kasih sudah berbagi cerita dengan ibuk


Akhirnya nggak sadar sudah sampai rumah dan nasi padang versi bungkus dengan porsi sakhohah pun juga habis tandas. Entah apa yang sudah dilakukannya malam itu sehabis makan dan dengan sederet kata mutiara saya di atas, yang jelas, paginya dia udah semangat berangkat ekskul, dan pulang juga dengan senyum happy. 

Ternyata nggak perlu overthinking, meski tetap perlu mind map untuk memperkirakan apa yang bakal terjadi di tiap keputusan. Alhamdulillah, ibuk banyak belajar dari kalian, boys





Komentar

Postingan Populer