I Just Miss You..

Assalamualaikum, Bapak

24 tahun berlalu, sejak kepergian Bapak, nderek kersa Gusti Ingkang Maha Segala. Masih segar dalam ingatan, dongeng Bapak tiap malam membawa kami terbang ke alam imajinasi. Kisah perempuan cantik si Kleting Kuning, putri cantik yang tersihir menjadi Keong Emas, kisah keluarga yang hidup dalam keterbatasan namun penuh kebahagiaan dalam dongeng Yung Mbu Yeh ( Ibu, kami mencium enaknya bau ikan asin..) yang saya imajinasikan sebagai keluarga kita..dan masih banyak lagi.

Tak lengkap rasanya, tidur tanpa mendengarkan dongeng dari Bapak sebagai pengantar. Meskipun kami tahu, sederet aktivitas sebagai carik desa, penjahit sekaligus guru, masih menunggu Bapak malam itu. Tamu dari kelurahan dan entah dari mana lagi yang tak kunjung pulang, baju kebaya Bu Camat yang harus dijahit sendiri oleh bapak, jas pak lurah yang masih harus finishing..aahh maafkan kami ya, Pak. Karena hanya dengan nekat mencuil sedikit waktu bapak tatkala malam, kami bisa merasakan kehangatan pelukan bapak dan mencium bau tembakau dari setiap helaan nafas dan baju bapak yang bolong karena percikan abu rokok.

Saya nggak pernah tahu, jam berapa bapak dan ibu tidur. Yang pasti, pagi kami bangun, bapak dan ibu sudah sibuk kembali.


Teguran Bapak di waktu pagi, sembari mengaduk teh tubruk, masih selalu terngiang. Tentang kami yang malah termenung bersantai di tempat tidur, tak kunjung "ngadep ngulon". Pagi yang selalu sibuk, semua mengejar jam 7 sudah ada di tempat masing - masing. Saya nggak pernah ingat apakah bapak dan ibu sempat sarapan. Yang saya ingat teh hangat berteman singkong rebus dari kebon belakang, adalah bekal bapak melewati aktivitas mengajar di madrasah hingga siang nanti. Dan rokok kretek tentunya,

Oiya, Alhamdulillah madrasah ibtidaiyah yang bapak perjuangkan keberadaannya, masih berdiri sampai sekarang, Pak. Alhamdulillah makin bagus bangunannya, makin banyak muridnya.

Salut dengan beragam aktivitas bapak, masih menyempatkan diri melanjutkan sekolah guru bersama ibu di Solo. Perjuangan berbagi waktu, tenaga dan materi dengan sekian banyak hal yang harus mendapat perhatian.

Tempo hari saya menemukan tugas menulis bapak untuk sekolah guru di Solo tersebut. Tulisan tentang bapak, masa kecil,remaja hingga cita - cita dan pencapaian bapak. Berbekal dari situ, alhamdulillah jadi sedikit tahu tentang Bapak. Satu hal yang belum tercapai, musholla di halaman rumah, ya pak..

Bapak masih ingat sungai besar di belakang rumah yang bapak perjuangkan untuk bisa dipindah? Yang kalau banjir, sampai rumah terendam 2 meter dan kita mesti tidur di plafon? Alhamdulillah sekarang sudah digunakan untuk pemukiman warga pak, jadi RT baru, perluasan dari RT yang ada. Dan kekhawatiran sebagian warga bahwa sungai lama akan kembali menemukan jalurnya, tidak terbukti. Karena saya yakin, Bapak sudah memperhitungkan juga segala hal yang mungkin terjadi. Ahh bapak memang visioner.

Meskipun kala itu banyak yang menentang dan pesimis. Meskipun bapak harus berjuang keras, nego sana sini  dan berhasil mendapatkan "surat sakti" rekomendasi salah satu jenderal besar di Jakarta, untuk diberikan kepada pejabat kabupaten demi upaya bapak menyelamatkan berpuluh keluarga dari ancaman banjir yang selalu mengancam tiap musim hujan tiba.

Acara "ngantenan" di kampung tak seru lagi tanpa pranata cara adat jawa yang selalu bapak tampilkan dengan indah. Tutur jawa yang halus dan adihulung, belum ada yang bisa menggantikan  bapak dalam membawakan acara. Pun kepiawaian dalam bernegosiasi dan merangkul banyak kalangan.

Bapak, istirahat yang tenang nggih. Ibu beberapa kali bercerita bertemu bapak di mimpi, diajak jalan sama bapak, tapi diturunkan lagi di rumah, sementara bapak melanjutkan perjalanan. Mungkin bapak kangen nggih..sepertinya halnya ibu dan kami yang selalu kangen dengan bapak..

Asap rokok mungkin menghentikan langkah bapak, tapi spirit bapak selalu hidup di hati kami

Al fatihah buat bapak..
Allahumaghfirli, waliwalidayah warhamhumah hamma rabbayani shaghiro..

#selamathariayah


 


Komentar

Postingan Populer