Perjalanan 265 to 147

foto : https://www.alodokter.com/arti-tinggi-dan-rendahnya-kadar-gula-darah-dalam-tubuh
Ketika masih berkantor, tiap 2 tahun, dapat jatah pemeriksaan kesehatan, medical check up. Berubah menjadi tiap tahun ketika sudah menginjak usia 35 tahun.

Program yang menurut saya keren banget dari perusahaan kepada karyawannya, meskipun masih terbatas untuk karyawan tetap saja. Mudahan nanti karyawan kontrak bisa mendapat fasilitas yang sama juga.

Hasilnya biasanya oke. Belum pernah ada indikasi khusus yang memerlukan perhatian

Hingga, 2 tahun terakhir, sebelum resign. Ada kecenderungan kenaikan gula darah, mendekati angka 180 padahal saya berpuasa 8 jam sebelum pemeriksaan, artinya cek GDP ( Gula Darah Puasa ) yang angka normalnya seharusnya kurang dari 100mg/dl.

Menurut yang saya baca di sini dan berdasarkan informasi petugas kesehatan pada saat medical check up, indikasi gula darah bisa dikategorikan sebagai berikut :

- Gula Darah Puasa ( GDP ), setelah puasa 8 jam : kurang dari 100mg/dl
- Sebelum makan : 70 - 130mg/dl
- Setelah makan ( 1 - 2 jam ) : kurang dari 180mg/dl
- Gula Darah Sewaktu ( GDS ) : kurang dari 200


Wew, dan sejak itu, jadi parno ketika masa medical check up tiba. Hingga akhirnya sering menghindar dari fasilitas yang diberikan kantor tersebut. Aneh juga ya, bukannya memanfaatkannya untuk mengetahui update perkembangan. Gitu deh, kadang berpikir lebih baik menghindar dari masalah, alih - alih menghadapinya.

Saya merasa tidak pernah mengkonsumsi gula secara berlebihan. Bahkan sejak SMP saya minum teh tanpa gula, alias teh tawar. Saya tidak suka softdrink. Tenggorokan saya sangat sensitif untuk semua minuman manis dalam kemasan. Pernah bercanda dengan teman saat kuliah, coba ada minuman kemasan, bukan air mineral, tapi tanpa gula, misal teh tawar. Memang ada sekarang, teh, tapi bukan tawar, hanya less sugar. Tapi tetap bagi saya itu masih manis dan mengganjal di tenggorokan

Saya resign dari kantor, dengan GDS, sekitar 265mg/dl. Hampir 300. Sangat tinggi, tertinggi sepanjang saya check up. Dan angka ini bertahan selama hampir 2 tahun paska saya resign

Hingga, saya coba evaluasi pola makan, pola pikir, pola tidur dan cek lagi intensitas olah raga saya. Mencari berbagai referensi untuk menurunkan gula darah, karena efeknya sudah mulai mengganggu, antara lain penglihatan yang mulai kabur, yang saya curigai dari tingginya gula darah.

Hasil evaluasi, ada beberapa hal yang saya tambah porsinya, namun beberapa hal lain saya kurangi. Saya tambah porsi bermain dengan anak, karena saya pikir hormon endorphin baik untuk bikin saya relax. Saya perbanyak ketawa dan bercanda dengan kedua anak saya. Menemani mereka hampir 24jam, kecuali saat mereka di sekolahan. Satu kemewahan yang luar biasa.

Porsi yang saya kurangi adalah karbohidrat, tepung ( aneka tepung dan olahannya ) serta gula tentunya. Menggantinya dengan memperbanyak konsumsi protein hewani, satu hal yang cukup berat, karena sebelumnya hampir bisa dibilang saya cenderung vegetarian. Tidak banyak protein hewani yang saya suka dan konsumsi, namun harus saya paksakan saat ini.

Dan satu lagi, ada "jendela" makan yang harus saya coba ikuti. Ada jeda dimana saya bisa bebas konsumsi apa saja selain makanan yang mengandung karbo, tepung dan gula. Meskipun hanya 3 poin itu, tapi implementasinya luar biasa. Saya memangkas hampir semua makanan favorit, seperti gorengan ( yang mayoritas bertepung ), martabak manis ( tepung, gula dan karbo ), martabak telur ( tepung pada kulitnya ), pecel ( ada gula di bumbu ), sate ( bisa, tapi no lontong dan bumbu no kecap/gula ). Bakso pun harus pilih yang full daging atau paling nggak campuran tepungnya minor.

Untuk makanan mengandung gula, tidak banyak kesulitan, kecuali kadang pengen banget es cendol dan kolak pisang. Penjual dawet suka bingung ketika saya hanya request santan dikasih sedikit nangka yang sebenernya juga nggak boleh karena manis pada nangka pastinya lumayan kandungan gulanya.

Yups, saya coba ikut program keto yang dicombine dengan fasting, ketofastosis. Udah 2 bulan ini saya "lepas" dari nasi. Tapi kadang cheating, nyemil ketela goreng,"dikit". Karena ini snack favorit kedua anak saya, yang hampir tiap sore saya bikin buat mereka

Oiya, jangan lupa olah raga ya. Kalau saya lebih seringnya sepedaan dengan anak saya, atau kedua anak saya bersepeda, saya jogging mengikuti di belakang. Karena sepedanya cuman ada dua, hehehhe..


Hasilnya?

Saat ini GDP saya 147. Tanpa obat apapun. Alhamdulillah, tapi masih lumayan tinggi, mungkin cheatingnya keseringan. Masih perlu berjuang lagi untuk sampai angka 80, sehingga saya bisa meninggalkan fase induksi di ketofastosis, naik ke fase selanjutnya dengan varian makan lebih beragam, tapi tetap no karbo, tepung dan gula.

Sssst..btw BB saya juga turun loh..sekitar 4kg dalam 2 bulan ini..yeaaayy, berasa dapat bonus.

Yang kepo dan mau jadi warrior keto, boleh klik di sini untuk info lebih lanjut https://www.halodoc.com/fase-fase-dalam-diet-ketofastosis dan http://www.ketofastosis.com/ 
Kenapa disebut warrior? Karena memang perlu perjuangan untuk mengendalikan diri terhadap kebiasaan yang sudah dijalani sekian lama, menggantinya dengan kebiasaan yang baru. Hanya pejuang yang mampu. Dan saya belum, masih sering cheating.

keep relax..karena lebih dari apapun, pikiran kita yang lebih dominan menentukan apa yang terjadi pada kita. Nikmati aja apapun yang bikin relax dan enjoy. Sibuklah, tapi jangan lupa bahagia. Bersyukurlah atas pencapaian kamu saat ini, apapun itu

Ada begitu banyak hal yang bisa kita syukuri dan nikmati. Just find it, feel it..

Bagi saya di rumah bersama anak - anak, antar jemput ke sekolah, menemani bikin PR, ikut merasakan kehebohan mereka jika ada tugas, kadang "berantem" karena sayang, melihat binar matanya ketika happy..adalah mood booster yang mujarab

Menikmati dunia patriarki tapi masih bebas berekspresi dan "menari" bersama ide - ide saya adalah kenikmatan yang luar biasa.

Kalau Anda..?



Rembang,
Pagi yang "semlenget"













Komentar

Postingan Populer