Rambutan Yang Tidak Sempat Kami Nikmati Tahun Ini

Jelang 2 tahun kami tinggal di sini

Ruko pinggir jalan kelas dua di sebuah kabupaten, yang mulai ramai dikenal sebagai jalan alternatif menghindari kemacetan di jalan utama

Di panas kerontang maupun hujan badai yang kuyup.
Di musim rambutan, mangga, pisang, nangka hingga pepaya yang tak kenal musim
Kami sudah lalui

Kebun belakang yang luas dengan aneka pohon buah, merupakan anugerah dan bonus bagi pengontrak di deretan ruko ini. Udara yang segar, ditambah angin sepoi dan buah yang selalu berlimpah.

Total ada 4 ruko, dengan penghuni yang beragam dalam dua tahun ini. Praktek dokter berganti dengan toko kelontong di tahun kedua. Warung nasi goreng, berganti dengan laundry. Pengontrak silih berganti. Hanya kami dan rumah makan padang di sebelah kanan kami yang lanjut hingga tahun kedua ini

Hingga penghujung tahun kedua yang tinggal menunggu hari.

Dengan berat hati kami harus melepas kenyamanan kami di sini. Melepas kehidupan sosial yang mulai terbentuk. Yang eratnya melebihi kehidupan di rumah kami sendiri, yang meski berada di tengah pemukiman ramai, namun terasa "sunyi".

Dengan taruhan mendapatkan kenyamanan yang lebih atau justru sebaliknya. Siapa yang tahu jika tidak kita coba?

Paling tidak ada semangat baru untuk mencoba hal baru

Satu yang sudah pasti, tahun ini kami tidak bisa lagi menikmati lezatnya rambutan yang mulai berbunga di kebun belakang. Rambutan istimewa yang berbuah 2 tahun sekali. Legit manis, tebal daging, kandungan air yang pas, kering kesat namun kenyal..tidak bakal kami lupakan.

Pun kucing - kucing lucu meski penuh kutu. Keliaran adalah daya tarik kalian, hai kucing kampung. Acuh namun butuh. Manja seperlunya. Garang tiba - tiba. Ahhh..bikin penasaran. Baik - baik ya kalian.

See you soon kalian semua







September ( semoga ) Ceria
1 Muharram 2019




Komentar

Postingan Populer