Friends With Benefits

Brittrfillmore.com, Alicia Tatone for GQ.com

Kemarin pas buka IG, nemu unggahan tentang cowok yang menceritakan sahabatnya ( cowok juga ) lagi galau dan memutuskan hubungan dengan pacarnya, 3 hari sebelum hari pernikahan mereka, karena si cewek ketahuan hamil dengan cowok lain. Ada 3 suspect cowok, di luar pacarnya yang ngakunya sama sekali belum pernah having sex with her. Dan si cewek ini nggak tahu pasti, dari ketiga orang itu, siapa bapak dari anaknya, plus sepertinya nggak mampu untuk meminta pertanggungjawaban dari salah satunya karena tidak ada komitmen.

  "Friends with benefits". Tiba - tiba langsung inget film ini.

Kalau di sini, mungkin mirip dengan istilah TTM, "teman tapi mesra". Hubungan pertemanan yang mungkin karena terlanjur nyaman, jadi bablas, tapi sayangnya nggak diikuti komitmen selayaknya sebuah hubungan yang udah bablas dari pertemanan

Please jangan menilainya dari kacamata agama dan moral kalian ya. Karena nggak bakalan klik dan saya juga nggak bahas dari sudut pandang itu, karena jawabannya udah jelas.

Mungkin banyak yang komen, "kok mau", "kok bisa", "murahan banget sih" dll dan biasanya ditujukan ke si perempuan. Pihak yang dalam hal ini dianggap paling banyak dirugikan. Really? Emangnya bisnis, ada untung dan ruginya hehehhe..

Jadi, biar nggak langsung menghakimi ketika ada teman yang curhat karena galau terlibat FWB, ada baiknya cari tau dulu deh. FWB kalau tidak main perasaan sih sebenernya nggak ada bedanya dengan kalau kita lagi laper, trus makan. Atau lagi pengen pipis, trus cari toilet. Seperti pemenuhan kebutuhan pada umumnya. Thats it.

Tapi apa bener gitu aja? Apa bisa seterusnya nggak main perasaan? Atau sebenernya perasaan udah main duluan tapi nggak dirasain atau dipaksa untuk nggak dirasain?Tapi kalau pada awalnya udah ada rasa, apalagi dua2nya, jatuhnya bukan FWB, tapi pacaran kali ya. Ah entahlah. Karena konon kenapa orang pilih FWB karena nggak mau ada komitmen dan segala hal yang mengikutinya.

Mungkin setiap FWB adalah unik. Hanya yang terlibat yang bisa tahu, apa yang sebenernya terjadi. Apa alasan yang mendasari. Dan biasanya apapun alasannya, berujung pembenaran pada apa yang mereka lakukan. Namun belum tentu demikian jika dilihat dari sudut pandang orang luar. Yess, jadinya begitu salah, namun juga begitu benar. Tergantung sudut pandangnya.

Yang pasti jangan coba - coba jika nggak kuat menukar kebahagiaan sesaat dengan emotional roller coaster yang bisa berhari - hari bahkan berlanjut nggak tau sampai kapan, apalagi jika terlanjur baper salah satu atau keduanya, sementara kondisi nggak memungkinkan untuk diteruskan.

Perempuan biasanya yang baper. Karena emang secara psikologis, fisik dan emosi, perempuan tidak dirancang untuk memisahkan antara seks dengan perasaan. Disadari atau tidak, seperti ada perjanjian tidak tertulis yang mengikat emosi dan rasa, ketika tubuh sudah menyatu tanpa jarak dengan tubuh lain. Kita tidak sedang berbicara profesi tertentu ya, ini di luar itu. Akibat baper, jangan heran kalau tiba - tiba ntar muncul pertanyaan dari si mbak, "kita sebenernya lagi ngapain sih?" Duuhh telat kali nanyanya mbak..😅

Saya nggak punya data penelitian, tapi sepertinya bakal banyak perempuan yang baper karena merasa nyaman dan berharap lebih dari relasi FWB yang dijalaninya. Berharap bisa tinggal lebih lama dan melakukan hal lainnya.

Apakah pria juga merasakan demikian juga? Menurut tebakan saya sih nggak. Kenapa? Mungkin because Men are from Mars and Woman from Venus. hahaha..kidding..pokoknya beda deh.


Trus?

Yang udah terlanjur, ya udah jalani aja. Ikutin aja flownya. Make it safe, biar nggak muncul untung rugi tadi. Kuat ya dijalanin, kalau nggak kuat..? banyak temennya hehehhe

Yang belum? Nggak usah penasaran deh! Tapi kalau mau nyoba silakan aja, biar kalau ada temen yang galau tentang FWB, tidak langsung menghakimi dengan pertanyaan "apa susahnya bilang nggak?"

Cukup sekian yaks

Nggak penting banget sih tulisan kamu, Day 😅 

( sebuah draft tulisan 4 okt 2019, yang baru dipublish 23 Sept 2022 )











Komentar

Postingan Populer