KETAMAN ASMORO

Tribute to Sang Maestro Didi Kempot

Sebelum kepergian beliau, melihat boomingnya beliau beberapa waktu terakhir, sempat terbersit pertanyaan di kepala saya tentang fenomena Pakdhe satu ini yang entah beberapa waktu sebelumnya berada di mana dan tak terdengar kabarnya, tiba - tiba mak bedunduk bisa begitu tenar bahkan lebih daripada sebelumnya.

Dari sudut pandang agama, teman saya yang "ngerti agama" mengaitkannya dengan amalan. Entah amalan apa yang beliau lakukan. Semacam "kerja sama" dengan Tuhan. Dan ini biasanya bersifat sangat personal. Hanya beliau yang bersangkutan yang paham. Ibarat tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui. Orang sekeliling mungkin hanya bisa menebak dan mengira. Termasuk saya dan teman saya

Sudut pandang lain dari sisa - sisa kemarcomman saya hehehe.. saya rasa ada team kreatif dan team branding yang tahu banget bagaimana menarik perhatian pasar anak muda usia 15 - 30an yang jumlahnya sekitar 34% dari total penduduk Indonesia. Kalau segmen boomer saya kira sudah tahu dengan beliau, sehingga tanpa embel - embel branding macam - macam, meme yang lucu - lucu, mereka sudah aware. dan loyal.

Jika dugaan saya keliru, berarti Pakdhe memang mendapatkan momentumnya. Menarik perhatian secara alami. Udah kersane sing Maha Kuwaos. Sisi positifnya antara lain secara tidak langsung ketenaran Beliau di segala kalangan, segala suku bangsa dan agama turut memperkenalkan kosakata Bahasa Jawa dengan pemilihan diksi yang unik di lagu - lagu Beliau. Yang saya sendiri sebagai orang Jawa kadang sudah tidak menggunakannya. Bahkan sebagian harus meraba - raba apa artinya. Parah ya. Selain itu, semua kalangan juga bisa bersatu, berjoget bersama, ambyar bareng - bareng. Goodbye kampret, kadrun, cebong, buzerrp hehehe..

Hal lain, mungkin juga karena banyaknya artis lokal yang lagi booming, yang mengcover lagu beliau. Sebutlah diantaranya Via Vallen dan Nela Kharisma. Sehingga banyak yang mencari versi lagu aslinya. Atau beberapa anak muda yang merelease lagu jawa seperti Ndarboy dan Denny Caknan dengan Kartonyononya yang kabarnya memilih mundur dari ASN setelah tenar. Atau boleh jadi strategi merekrut team musisi dari kalangan anak muda seperti Dory Haryanto sang penabuh gendang.

Saya juga melihat trend anak muda sekarang yang berbeda dan lebih ekpresif dalam dibandingkan dengan generasi masa saya. Di jaman saya seusia mereka, penggemar Didi Kempot adalah anak muda suburban, orang tua atau kelas tertentu yang menjadikan lagu - lagu Didi Kempot sebagai pengiring saat jam istirahat siang atau malam setelah seharian bekerja di proyek bangunan maupun pekerjaan non formal lainnya. Itupun biasa - biasa saja..tidak ada yang joget - joget ambyar dan histeris menarik perhatian hehehe..

Saya punya tetangga pengrajin dan penjual sabuk/ikat pinggang yang menempati bagian belakang rumah ibu saya. Saya bisa tahu si mas - mas ini sedang di rumah atau tidak dari tape deck nya yang super kencang menyetel Didi Kempot, all day selama dia di rumah hehehe..so mau nggak mau saya hapal juga lagu - lagu Pakdhe Maestro ini. Kadang ikut nyanyi juga. Tapi pelan - pelan dan di dalam rumah saja, kalau pas lagi pulang ke rumah ibu..xixixi.

Jaman segitu kayaknya gengsi banget anak kuliahan nyanyi campursari. Apalagi band saya yang Dewa 19 dan Slank aja jarang dibahas ( tapi saya pribadi dengerin dan ngikutin album2nya ). Seringnya ngoprek lagunya Yngwie. Dan dengan teman kampus lain suka ngejam lagunya Offspring, Soul Assylum, Live, Nirvana, GNR, Metalica, Alanis, Dolores o'Riordan, Tracy Chapman, Greenday, Radiohead dll. Tiap acara band-band an di kampus pun jarang banget nemuin band yang bawain lagu lokal, apalagi campursari. Almost di semua kampus dan fakultas. Kecuali ada satu group band dari ISI yang suka bawain dangdut tapi dikemas rapi dan asik. Mungkin pada jaman saya, mindsetnya semua yang berbau asing itu lebih hebat..hadeuuhh

Tapi lihatlah sekarang. Hebat sekali Pakdhe dan team. Tak hanya fans lama yang tetap solid mengidolakannya..semua generasi mengelu-elukannya. Bahkan kalau nggak tau beliau, rasanya nggak keren. Ngefans dengan beliau adalah kebanggaan. Menjadi bagian Sombat Ambyar, SadBoy, SadGirl adalah sebuah eksistensi. Sebuah penghargaan tertinggi atas sebuah brand, dalam hal ini nama beliau dan seluruh karyanya. Kebanggaan. Bukan sekedar aware dan suka atas sebuah merk/produk. Sebuah keberhasilan yang paripurna dan layak diadopt oleh "pejuang" brand

Hal ini tak bisa lepas dari trend "viral" dan karakteristik masyarakat yang cenderung mengikuti trend yang sedang booming. Menurut KBBI, viral adalah 1.Menyebar luas dengan cepat. Kata viral biasanya digunakan sebagai istilah di dunia maya untuk menggambarkan cepatnya penyebaran suatu berita atau informasi. 2. Menyebar luas dengan cepat bagaikan virus. Dan di sini peran internet sangat besar

Ke-viralannya ditengarai bermula ketika sekelompok anak muda tampak ekspresif, ikut bernyanyi dan tersedu di sela joget ambyarnya, menikmati konsernya yang diadakan di Sriwedari Solo tahun lalu. Hingga menarik perhatian penyiar radio sekaligus youtuber Gofar Hilman yang kemudian mewawancarai beliau dalam acara Ngobam ( Ngobrol Bareng Musisi ) di Wedangan Gulo Kelopo Kartosuro, Juli 2019. Sejak itu, kabarnya jadwal Pakdhe tidak pernah ada jeda. Full. Hingga corona melanda dan beliau menggelar penggalangan dana hingga terkumpul donasi 7.6M melalui Konser Amal Dari Rumah.

Rencana Tuhan pastilah yang terindah. Terlepas dari "kebangkitan" beliau adalah upaya yang dipersiapkanNya untuk kondisi saat ini, saya yakin dedikasi dan ketulusan beliau berkarya adalah "amalan" yang menarik perhatian Tuhan. Dan beliau bisa menjalankan perannya dengan sangat baik untuk menutup lembaran perjalanannya.

Ahh Lord, saya tiba - tiba Ketaman Asmoro yang super telat dengan panjenengan. Sugeng tindak nggih..karya panjenangan abadi di hati. Terminal, Stasiun, Pelabuhan dan segala kenangan perpisahan di dalamnya tertunduk takzim mengenang panjenangan.

Saben wayah lingsir wengi
Mripat iki ora biso turu
Tansah kelingan sliramu
Wong ayu kang dadi pepujanku
Bingung rasane atiku

Arep sambat nanging karo sopo
Nyatane ora kuwowo
Nyesake atiku sansoyo nelongso
Wis tak lali-lali

Malah sansoyo kelingan
Nganti tekan mbesok kapan nggonku
Mendem ora biso turu
Opo iki sing jenenge

Wong kang lagi ke taman asmoro
Prasasat ra biso lali
Esuk awan bengi tansah mbedo ati


Jogja 2020
( coretan asal, tanpa dasar dan penelitian )


Komentar

Postingan Populer