Sugeng Tindak Pak SDD

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

( Sapardi Djoko Damono )


Bagi saya, Sapardi Djoko Damono adalah puisi Aku Ingin. Sebuah puisi yang sangat indah, yang mungkin udah ribuan kali dipakai pakai orang yang lagi kasmaran untuk kekasih hatinya.

Waktu ujian di kelas 2 SMP, saya kehilangan poin untuk pertanyaan yang jawabannya adalah nama beliau. Saya lupa. Mungkin karena namanya yang terdiri 3 kata, cukup panjang dan saya baru mengenalnya saat itu. Berbeda dengan dengan Chairil Anwar, Rendra, Taufik Ismail, Amir Hamzah dll yang sudah sering saya hafal nama dan karyanya di pelajaran Bahasa Indonesia, saat kelas sekolah dasar. Juga dari tumpukan koleksi buku perpustakaan di sekolah tempat ibu saya mengajar. Yang diam - diam menjadi tempat favorit saya menghabiskan masa liburan sekolah

Belakangan saya tahu bahwa nickname beliau adalah SDD. Kenapa dulu tidak terpikirkan untuk membuat singkatan seperti itu ya, jadi lebih mudah mengingatnya

Hingga saat SMA saya mendengar musikalisasi puisi Aku Ingin. Bukan versi Ari Reda. Seingat saya, vokalisnya perempuan dengan aransemen musik yang sederhana namun seindah puisinya. Makjleb dan seketika hafal puisi dan nama penggubahnya. Nggak lupa lagi sampai sekarang. Mungkin juga selamanya. Dan akhirnya berkenalan juga dengan karya menakjubkan beliau lainnya seperti kisah getir dan manisnya Sarwono Pingkan di Hujan di Bulan Juni serta keikhlasan "anak kecil" pembuat perahu di Perahu Kertas.

Seperti layaknya sebuah karya, puisi, syair atau apapun, tentu hanya pemilik karyanyalah yang tahu pasti apa yang ada dalam karya tersebut. Apa yang ingin beliau - beliau sampaikan, apa yang melatar belakangi dan apa yang beliau - beliau rasakan saat membuat karya tersebut. Dan saya memahami karya SDD dengan cara pandang dan keterbatasan kemampuan saya. Dan saya jatuh cinta

Sugeng tindak nggih, Bapak..nitip salam kagem bapak saya yang juga penggemar karya panjenengan.


Jogja, 19 Juni 2020
dalam diam aku mencintaimu
menikmati geliat resah di tiap hembusan nafas ini
seperti kabut yang tidak benar2 bisa pergi
seperti hujan di bulan juni
( ahh..tiba2 melow dan ikut berpuisi )















Komentar

Postingan Populer