MEMBRANDING DIRI

Suatu ketika, bos saya dalam suatu meeting menyelipkan materi tentang perlunya "membranding diri" alias personal branding atau citra apa yang ingin kita sampaikan kepada publik terhadap diri kita. Jika kita amati, public figure lah yang paling gampang kita kenali personal brandingnya. Misal jika kita melihat Pak Jokowi, maka citra dirinya adalah merakyat, sederhana. Ibu Susi adalah sosok yang tegas, nyleneh dan cuek. Sudjiwo Tedjo adalah seniman yang nyentrik dengan ciri khas sarungnya dll

Bos saya sendiri mengakui bahwa beliau diidentikkan dengan data dan analisis. Pernah suatu ketika saya mengajukan proposal penambahan billboard. Berbeda dengan beriklan di TV, koran atau radio, dimana penjual slot sudah punya angka audiens dan oplahnya untuk menghitung cost per headnya, maka untuk billboard yang kebetulan akan kami bikin baru tanpa menggunakan vendor ini, data tersebut belum kami punya. Sehingga analisis ROI kami hanya berdasarkan feeling, yang penting lokasi eye catching, pikir kami xixixiix..

Well, bisa ditebak, proposal langsung penuh note, si bos meminta dilengkapi dengan estimasi jumlah kendaraan dan orang yang lewat di jalan tersebut dalam 5 menit, kecepatan rata - rata ( in case macet dan normal ) serta berapa persen kemungkinan orang akan melihat billboard. Alhasil, nongkronglah di jalan untuk melengkapi semua data tersebut yang masih akan diolah lagi untuk menjadi informasi pendukung proposal kami. Ini belum lagi bicara tentang content pesan di billboardnya yaa..warna apa yang dipakai, font apa yang mau digunakan, headlinenya apa, imagenya seperti apa dll. Seru? bangeeetttt..dapat ilmu baru pastinya

Itu baru satu case yaa..ada sekian banyak case yang kalau ngadep beliau mesti siap data dan analisis..kalau nggak, mending ngumpet dulu deh..hehehe. Dan demikianlah kami mencitrakan beliau

Kita bisa juga belajar dari sebungkus wafer di kaleng biskuit Kong Guan, yang berhasil membuat penasaran dan menarik perhatian karena jumlahnya yang hanya terbatas dan rasanya yang tentu berbeda dari seluruh biskuit yang ada dalam kaleng tersebut.

Tak jarang waktu kecil kita menumpahkan seluruh isi kaleng demi menarik keluar di wafer..dengan resiko diomelin ortu pastinya hehehe..

Tapi itulah, sesuatu yang telah melekat karena keunikan dan perbedaannya akan menimbulkan rasa penasaran, gampang dikenali, mudah diingat dan membuat kerelaan berkorban demi mendapatkannya.

Mengapa perlu membranding diri?
Kita berada diantara 260an sekian juta penduduk Indonesia dan miliaran penduduk dunia. Tentu sangat menyenangkan jika kita langsung dikenali karena ciri khusus dan keunikan kita yang selama ini kita citrakan.

Dengan dikenali karena personal branding kita ( pastikan yang positif ya ), tentunya akan bermanfaat untuk kehidupan sosial, bisnis maupun karir. Karena dalam personal branding, ada nilai dan kepercayaan yang ingin kita sampaikan dan yakinkan kepada publik

Bagaimana caranya?
Memang ada sebagian orang yang tanpa sadar sudah membawa personal brandingnya, namun banyak juga yang memang sengaja menciptakan dan mengelolanya. Tapi yang pasti, please be honest, jangan hanya membuat pencitraan palsu ya..lambat laun pasti akan ketahuan dan bukan hal yang bagus untuk kedepannya

Yang utama dan pertama adalah, kenali diri sendiri, apa kelebihan dan kekurangan kita. Jika kesulitan, bisa minta bantuan orang terdekat untuk memberi masukan tentang ciri khusus dan hal paling menonjol pada diri kita. Atau bisa minta bantuan pakar ahli tentang hal ini.

Kemudian kembangkan kelebihan kita, kelola, asah, komunikasikan ke publik dan peliharalah agar terus bertahan.
Selanjutnya, rasakan perubahan kehidupan Anda ya..
Selamat membranding diri :)


Dee-Day
Jogja










Komentar

Postingan Populer