TILIK, on my sight

Siapa yang nggak tahu film Tilik? Film apik peraih Piala Maya 2018, produksi Ravacana Films tahun 2018 bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan DIY, yang baru tayang premier di official youtube Ravacana pada 17 Agustus 2020 kemarin dan langsung viral

Belum nonton? niy tonton dulu di sini deh, baru lanjut baca hehehe

Liat film ini, langsung inget kampung kelahiran saya. Setiap saya pulang ke rumah ibu, nyaris selalu menjumpai ibu ada acara tilik / menengok. Entah tilik orang sakit, tilik bayi, tilik kaji ( silaturahmi ke orang yang baru pulang naik haji ). Dan plek gambarannya seperti yang ada di film ini, serombongan ibu ibu, jalan kaki jika dekat atau naik menyewa kendaraan umum jika agak jauh. Bukan truk sih, tapi angkutan model colt atau sepur kelinci. Bukan karena pilih - pilih angkutan, seperti Bu Tejo yang nggresulo naik truk, tapi karena tidak ada yang punya truk dan banyak angkutan lain sebagai pilihan. Maklum meski desa tapi udah lumayan kota. Hadeuh piye sihh

Tapi secara umum, film ini lumayan menggambarkan situasi dan kebiasaan tilik di masyarakat, seperti :

1. Dilakukan oleh serombongan ibu - ibu, secara khusus yang sudah menikah. Seperti ada peraturan tidak tertulis di masyarakat bahwa aktivitas tilik, diwakili oleh ibu - ibu dan biasanya dilakukan oleh yang sudah berkeluarga. Jarang melihat mbak - mbak bergabung. Apalagi bapak - bapak. Mengapa demikian? Mungkin ibu - ibu ( dianggap ) lebih luwes ( pembawaannya lo yaa..bukan lambenya..#ups). Mungkin juga dianggap lebih punya waktu di rumah, dengan asumsi bapak - bapak sebagai pihak pencari nafkah di luar. Mungkin kalau bapak - bapak yang ngumpul jadinya ntar malah ronda. Mungkin kalau mbak - mbak jadinya malah ngemol . Anyway apapun alasannya untuk sementara demikianlah kenyataannya.

2. Saweran untuk keperluan tilik baik untuk "angpao"/ buah tangan bagi yang ditengok maupun untuk keperluan lainnya seperti transportasi. Bisa jadi ada salah satu yang menjadi sponsor misal meminjamkan kendaraan, namun biasanya peserta tilik akan pengertian untuk tetap membelikan bbm. Jika ada yang dominan menyeponsori khawatirnya disangka ada maksud tertentu seperti Bu Tejo yang disangka mau nyogok buat pilihan lurah

3. Ada komandan tilik, yaitu orang yang menggerakkan aktivitas ini. Bisa jadi orang yang berpengaruh/disegani di lingkungannya, seperti Bu Tejo. Saya anggap Bu Tejo adalah orang yang cukup disegani dari sebutan "bu" oleh semua ibu - ibu sementara panggilan ke ibu - ibu lainnya adalah "yu". Atau komandan dijabat oleh orang yang aktif dan update dengan kabar yang beredar di lingkungannya dan menikmati aktivitas itu. Atau boleh jadi orang yang duluan tahu kabar berita, seperti Yu Ning.

4. Ada obyek yang dijadikan bahan omongan saat dua atau lebih orang berkumpul. Kali ini Dian yang apes, next time bisa jadi Bu Tejo yang gosipnya Pak Tejo mau nyalon lurah, saya, kalian, atau aglonema yang tiba - tiba jadi mahal. Jadi ya, siapapun atau apapun tidak akan aman dan bebas menjadi objek omongan. Terima saja. Kita tidak bisa sempurna di mata orang lain

Di luar aktivitas ini, saya melihat ada gambaran "girl power", ladies on top sejatinya, dalam film ini dari karakter tokoh :

1. Bu Lurah yang dipanggil "Bu Lurah" karena memang jabatan beliau sebagai lurah. Hal luar biasa, sebagai perempuan single divorce ( seperti penuturan Bu Tejo di menit 11.38 ), sakit - sakitan, dan anak lelaki satu - satunya yang belum mapan ( menurut standar Bu Tejo dkk ) namun mampu menjadi pejabat tertinggi di kelurahannya, memimpin warga yang kita tahu sebagian kecilnya aja udah rame seperti Bu Tejo dkk yang ada di truk

2. Bu Tejo, the main centre film ini, yang keliatan thas thes, ceplas ceplos, dominan di kelompok ibu - ibu dan terkesan mendominasi Pak Tejo juga ( aahh ini asumsi saya sendiri dari kepercayaan dirinya membantah omongan Yu Ning tentang rezeki Pak Tejo dengan jawaban seakan tidak ada yang tidak dia ketahui tentang Pak Tejo ). Boleh jadi saya salah, misal kepedean dan dominansi di kalangan ibu - ibu adalah karena kurang power dia di rumah. Who knows?

3. Senakal - nakalnya suami, tetep menyerah dengan "jeweran" istrinya hehhe..coba tanya Yu Sis dan istrinya Gotrek, how mereka "menghukum" suami - suaminya karena curiga ada sesuatu dengan Dian. Tapi apakah jewerannya memang manjur seperti yang terlihat saat mereka di depan istrinya? entahlah

4. Kehebatan perempuan mengelola perasaan. Lihat Yu Ning yang sudah "getem - getem" dengan Bu Tejo, berantem hebat, tapi tetap menjaga bahasa dengan tetap memanggil "njenengan" ke Bu Tejo. Tetap ( kelihatan ) kompak meskipun ada kesal dan tak sependapat

5. Kehebatan perempuan jika sudah berkehendak, halangan apapun akan dihadapi. Dalam hal ini digambarkan dengan melanggar peraturan menaiki truk dan "menyelesaikan" persoalan dengan pak polisi, yang tidak bisa diatasi oleh Gotrek. Bisa sih, tapi lama menurut ibu - ibu itu

6. Dian, sebagai objek rasanan di film ini, dibalik sikapnya yang dipandang negatif oleh ibu - ibu, adalah perempuan yang berani dan punya strategi dalam memperjuangkan keinginan, namun tetap punya perasaan. Rela dicap perempuan lajang yang nakal menurut pandangan para ibu - ibu terutama Bu Tejo. Rela dan berani mendekati Fikri dan Bu Lurah demi mengambil hatinya, walaupun pasti nggak mudah. Serem euuyyy. Anyway, bisa saja dia cuek tetap menikahi "Pak Lurah", tanpa memperdulikan perasaan Fikri dan Bu Lurah. Toh mereka sudah bercerai. Tapi dia berbuat sebaliknya dan memendam rasa tidak nyaman harus memainkan perannya ini entah sampai kapan. Sampai keberanian Pak Lurah untuk jujur dengan Fikri muncul. Semoga saja tidak keduluan Fikri jatuh cinta dengan Dian. Bisa tambah pelik

7. Kehebatan perempuan dalam menyusun rencana dan fleksibilitasnya saat ada halangan. Luwes pokoknya deh. Atau kalau meminjam istilahnya Bu Tejo, harus solutif hehehe

Btw, film ini mengingatkan saya dengan karya pendek dari Jogja lainnya yang tak kalah menarik, produksi Ravacana juga, judulnya Anak Lanang. Yang juga sarat penghargaan, yaitu Winner Panasonic Young Filmmaker 2018 - Honorable Mention, Winner Indonesian Film Festival Australia 2019 - Outstanding Achievement dan Winner Indonesian Short Film Festival SCTV 2019 - Best Film

Keren yah. Nih tonton di sini dan lain kali kita diskusikan yaa..


Jogja, 20 Agustus 2020

( sok jadi pengamat )😃

 

 

 

 

 

 



 


 

Komentar

Postingan Populer