#MelawanCorona

Corona

Siapa yang tidak tahu kata itu saat ini. Sebuah kata yang bisa berarti banyak hal. Virus, ketakutan, kekhawatiran, rasa curiga, bahkan kematian. Semua diawali ketika diperkirakan November 2019 lalu, ada penduduk Hubei, sebuah provinsi di Tiongkok, dengan ibu kota provinsi Wuhan, berusia 55 tahun yang terindikasi terinfeksi virus ini. Dan pada akhirnya menyebar ke lebih dari 90 negara di dunia dan memakan banyak korban jiwa (namun lebih banyak yang dinyatakan sembuh ). Sehingga organisasi kesehatan dunia, WHO menetapkannya sebagai pandemi global.

Di Indonesia sendiri, sejak pemerintah mengumumkan kasus pertama sekitar 2 minggu lalu, hingga tadi malam, 14 Maret 2020 jumlah pasien positif terinfeksi virus ini tercatat meningkat tajam, 96 kasus, termasuk Menteri Perhubungan.

Duh Gusti Allah. Kurang apa coba perlindungan untuk beliau sekelas menteri. Tidak bisa dibandingkan dengan kami yang masker dan hand sanitizer saja masuk ke dalam daftar barang impian. Tapi demikianlah jika Allah sudah berkehendak.

Saya punya anak yang belum genap 7 tahun. Dengan bombardir pemberitaan tentang corona di berbagai media, sungguh bukan hal mudah untuk memberikan penjelasan yang akurat, mengena tanpa membuatnya khawatir berlebihan namun tetap waspada. Nah gimana itu hehehe..

Hingga akhirnya, ketika di depan dia, untuk membicarakan tentang corona, kami ( saya, kakak dan ayahnya ) menyamarkannya menjadi kode - kode. Misal alih alih menyebut corona, kami menggunakan kata covid. Untuk jumlah pasien terinfeksi kami hanya menyebut angka. Atau melalui WA saya dan kakaknya yang sudah kelas 8,  kami berbagi informasi.

Sampai segitunya?

Begitulah memang anak kedua saya. Agak baper - baper gimana gitu hehehe.. Sejak diumumkan Corona telah "masuk" ke Indonesia,  sampai sekarang ia tidak mau beraktivitas di luar rumah, kecuali bersekolah. Dengan pikiran penuh rasa kekhawatiran. Setiap saat cuci tangan, meskipun hanya habis memegang remote tv di rumah. Bahkan mau ngupil pun di rumahpun, bertanya apakah aman. Ahh Le.ibuk pengen ketawa sebenernya, but i feel you..

Dan qodarullah dia kena batuk pilek demam. Hampir seminggu saya istirahatkan di rumah. Full. Termasuk tidak masuk sekolah tentu saja. Awalnya dari kakaknya. Menular ke adiknya. Sempat terpikir untuk memeriksakannya ke rumah sakit rujukan yang ditunjuk pemerintah untuk menangani virus ini. Namun dengan berbagai pertimbangan, saya urungkan. Saya tidak ingin kecemasan saya menambah kecemasannya dan memperlemah imunitasnya.

Alhamdulillah all is well, berbekal upaya untuk sembuh, ditambah daya tahan tubuhnya dan tentunya atas izin Allah, akhirnya pergi deh batuk pilek dan demamnya. Kalau diibaratkan perang, semua senjata dan jurus udah habis - habisan dikeluarkan hehehhe.. mulai dari obat penurun panas, obat flu batuk, minum jahe, jeruk nipis, makan sayur kelor kesukaannya, telur rebus, makan buah favoritnya..hingga mengajaknya bernyanyi dan beraktivitas yang mampu membuatnya nyaman. Dan tak lupa menyugesti bahwa dirinya "kuat", tak terkalahkan oleh sakitnya.

Saya coba belajar dari kasus flu burung beberapa tahun silam. Ketika salah seorang karyawan di rumah makan besar, tiba - tiba ambruk saat bertugas dan terindikasi terkena virus avian influenza. Di saat yang bersamaan di ruang meeting rumah makan tersebut, sedang digelar business agreement antara perusahaan tempat saya bekerja dengan salah satu bank plat merah. Saya ingat, cukup riweh menyiapkan acara tersebut, dari wira wiri negosiasi kerjasamanya antar kota, bahkan antar pulau hingga memikirkan bagaimana seremoni peresmiannya. Pikiran dan tenaga terkuras hingga hari H penandatanganan oleh para pimpinan, di rumah makan tersebut.

Entah terbawa perasaan, pikiran yang terlalu mendalam akan hal tersebut, saya ikutan "tumbang". Padahal ternyata hanya kecapekan. Hasil cek darah dll, saya kena tipus. Hahahha..lega. Padahal tipus nggak kalah serem ya. Tapi paling nggak obatnya udah adalah. Demikian pikir saya sambil bed rest hampir full seminggu di rumah karena kepala yang rasanya terus berputar meskipun tidak untuk berdiri, hanya melek mata doang. Sementara si kakak waktu itu masih 2 tahun, no assisten di rumah dan suami dengan jadwal kerja tak terduga. Bagi saya, hanya keajaiban yang membuat semua bisa terlewati.

So hati - hati dengan pikiran dan perasaan ya. Dan saat ini, hal ini saya tekankan pada kedua anak saya, terutama anak kedua yang sering terbawa perasaan hehehhe. Worry boleh tapi jangan lupa untuk optimis, siaga dan waspada. Selebihnya, berdoalah. Pasrah dan minta perlindungan dari yang Maha Segala, yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, bagaimana semua berawal dan berakhir.

Btw, video dengan ilustrasi yang menarik, narasi yang yang gampang dicerna ini pas banget buat edukasi ke anak - anak, tentang corona. Terima kasih buat yang sudah bikin, so helpful, good job! Semoga kebaikan berlimpah kepada Anda. Dan juga orang - orang yang sudah share video ini.

Anak saya bisa ketawa - ketawa waktu melihatnya. Yang saya lihat tidak banyak kekhawatiran di wajahnya, seperti ketika tidak sengaja dia melihat berita tentang corona di tv. Aktivitas cuci tangan setiap saat, makan sayur, buah, dan istirahat cukup, tetap ia jalankan. Dengan penuh kesadaran dan kegembiraan 😉

Semoga kita semua selalu sehat. Bagi para petugas medis dan para pejuang keluarga, apapun profesinya, yang tidak bisa #staydirumah, yang tidak bisa #kerjadarirumah..yang tetap harus beraktivitas karena tanggungjawab tugas..Semoga Allah melindungi. Aamiin




Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah virus corona telah menjadi pandemi global.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Pertama Virus Corona di China Dilacak hingga 17 November 2019", https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/111245765/kasus-pertama-virus-corona-di-china-dilacak-hingga-17-november-2019.
Penulis : Mela Arnani
Editor : Sari Hardiyanto

Komentar

Postingan Populer