Ganjil dan Genap

Sebelum Pemprov DKI Jakarta menetapkan aturan plat nomor ganjil dan genap, berpuluh tahun lalu ( lagi - lagi keliatan maturenya deh heheheh ), saya dan mbak saya udah menggunakan aturan ini untuk diterapkan di kami

Jadi, saya dan mbak saya waktu kecil melewati masa "sering memperdebatkan" segala hal. Mungkin karena usia kami yang tidak terpaut jauh, sekitar 2 tahun, kami tumbuh bersama seperti sebaya dan sering dibilang kembar. Banyak hal yang menjadi perdebatan kami, mulai tugas cuci piring, cuci baju sampai giliran menyapu jalan. Menyapu jalaannn..?????

Rumah kami berada di jalan kampung dengan lebar jalan kira - kira 2.5 meter. Jika kebanyakan jalan kampung termasuk kampung kami adalah jalan dengan tepinya adalah rumah berderet berhadapan, sehingga terkesan hangat dengan aktivitas obrolan dan saling sapa di pagi dan sore hari, saling mengerti untuk membersihkan area depan rumah masing - masing yang paling hanya selebar 1meter ( setengah jalan ) x panjang halaman rumah mereka. Tapi tidak dengan rumah kami.

Seberang rumah kami bukanlah rumah tetangga, namun sungai dengan tepiannya adalah pohon bambu yang lebat di sepanjang hampir 300 meter, sesuai panjang halaman rumah kami. dan di seberang sungai adalah makam kampung yang lumayan luas, yang bikin orang berpikir dua bahkan tiga kali lipat jika akan melintas jalan depan rumah kami di waktu malam..hehehe

Naahhh..jalan dengan ukuran sekitar 300 x 2,5meter ini sering menjadi obyek perdebatan sengit kami berdua di sore hari, terkait giliran tugas menyapu..( kalau pagi bisanya ibuk yang udah ambil sapu dan membersihkan semua ). Selain ukurannya yang cukup besar bagi kami yang mungil - mungil ( waktu itu xixixi ), kotoran daun bambunya pun luar biasaaaa banyaknya, belum lagi repotnya menyapu dan mengumpulkan sampah, tiba - tiba wuuushhh ada angin atau weeerrr ada motor lewat yang sukses bikin sampah berhamburan balik arah hahahha...sialaaaannnn. Ditambah lagi ada tetangga lewat yang suka iseng nggodain.."ayoo sing resik, ntar bojone brewokan loohh". Duuuhh rasanya kiamat ngebayangin punya bojo brewokan, betapa menyeramkannya bagi saya waktu ituuu hehehhe..beda banget ama sekarang yang terpukau ( jiaahhh ) liat Brad Pitt griwuk - griwuk atau Bradley Cooper yang begitu asik saat nyanyi Shallow ( berasa pngen nggeser Mbak Gaga hahaha )

Kesibukan kami berdua di sore hari cukup banyak ( jiaaahhh...), karena sore adalah waktu "prime time" kami untuk dolanan dakon, bekelan, gobag sodor, delikan, bar suru..dll ( kalau saya tambah benthik, nekeran, sletokan xixixix ), yang rasanya beraaaattt banget kalau harus disela nyapu jalan..weewww...

Entah siapa yang nengahi, akhirnya kami sepakat membagi giliran kami menjadi ganjil dan genap. Saya hari di tanggal ganjil , mbak saya yang genap. The problem is, kami sering nggak inget juga tanggal berapa hari itu..hehehehhe akhirnya ya ribut lagi wkwkwkw

Jadi kepikiran, kenapa nggak kami berdua barengan nyapu biar cepat selesai yaa..aaah pokoknya rumit dulu mah dan lucu aja sekarang kalau inget. Mungkin karena walaupun usia yang tidak terpaut jauh, tapi kami berdua punya perbedaan karakter yang cukup menonjol, mbak saya tipikalnya adalah feminin banget, telaten ( thats why cucok banget belajar di MIPA karena telaten banget mengurai rumus dan bikin rumus baru heheh ), rapi, tapi keras, ngeyelan dan suka ngambek ( moody kayaknya ) xixixix ( piss ya mbakyuku sayang ). Bapak saya sering menjulukinya si kembang kacang ( kembang kacang = besengut. dalam bahasa jawa, (m)besengut adalah ekspresi roman muka cemberut ) dan saya akan ketawa tertahan kalau di meja makan saat makan bersama, bapak menggodanya seperti itu.

Saya sepertinya adalah kebalikannya. Moody kayaknya iya juga, tidak sabaran, easy going, nggak rapi dan ngg telaten sama sekali ( makanya sering banget nggak kepilih jadi pemain andalan untuk maen bekel, bar suru, origami..lain banget dengan mbak yang selalu jadi idola dan menangan untuk permainan ini baik individu maupun kelompok ). Tapi saya bisa diandalkan untuk maen gobag sodor, betengan, sletokan dan aktivitas fisik lainnya kok xixixix...tapi satu hal, kalau ada tanggung jawab, rasanya akan kepikiran terus sebelum selesai..makanya sering ngotot dan ribut remind ke mbak kalau dia belum nyelesein tugas nyapunya di tanggal genap..karena lupa atau mungkin mood nyapunya lagi nggak dapet hehehe

Well, yang pasti salut untuk bapak dan ibuk yang waktu itu udah ngajarin kami tentang tanggung jawab, pembagian tugas pribadi maupun tugas bersama yang harus diselesaikan semua anggota keluarga, bagaimana memanfaatkan waktu berkumpul yang terbatas untuk saling bercerita di meja makan, bagaimana bapak mengajarkan kami untuk me time sejenak dengan bersantai menunggu koran minggu pagi ( suara merdeka dan kedaulatan rakyat ), mengisi TTS di dua media tersebut sebelum melanjutkan aktivitas Minggu pagi yang biasanya cukup kemrungsung bagi ibuk yang selalu merasa semua berantakan karena pekerjaan bapak ibuk sebagai pendidik mengharuskan sudah standby jam 07.00 pagi di sekolahan dan melanjutkan "sekolah" utk menambah nilai ( mungkin ya atau memang keinginan pribadi beliau berdua untuk selalu belajar ) saat jam pulang mengajar selesai..salut!

Memutar memori itu, rasanya seperti melihat sebuah film tentang pelajaran yang nggak diajarkan di sekolahan tapi kami peroleh dari sekolah kehidupan berupa keluarga dan sekarang menjadi PR ketika saya ada di posisi bapak dan ibuk saat itu..semoga bisa menerapkannya dengan sedikit penyesuaian karena situasi dan kondisi yang tidak sama ( hela napas..)

Jika dinding, pintu dan lantai jalan bisa bercerita, rasanya pngen banget ngajak mereka ngobrol, how tiap sudut di rumah besar ini begitu memorable dan semua kejadian seperti baru kemaren, sementara kami semua sudah begitu jauh terpisah jarak. Tak ada lagi "debat" seru masa kecil..berganti dengan saling support dan mendekap sayang..Keep kompak ya mbakku, love youuu..

BTW denger kabar, sungai dan bantarannya di seberang rumah kami bakalan jadi pedestrian. Jalan diperlebar, menjadi alternatif jalan dari jalur utama yang sering macet karena aktivitas pasar. Sungai ditutup di bagian atasnya dan menjadi trotoar. Semoga masih menyisakan space untuk taman yang ramah lingkungan. Senang karena bakalan rapi, ular yang kadang nangkring di pagar rumah akan hilang dengan sendirinya dan ibuk berkurang aktivitasnya menyapu jalan ini di pagi dan sore di masa senjanya. Tapi sedikit sedih karena sisa memori masa kecil satu demi satu mulai terhapus..

(minggu pagi di rumah ibuk, abis nyapu jalan depan rumah yang basah karena hujan semalam )




Komentar

Postingan Populer