Ambulans

Saya dua kali ngerasain naik mobil ambulans. Momen pertama naik ambulans adalah saat sebuah rumah sakit mengantar bapak pulang, namun beliau hanya diam dan tidak bisa bercakap maupun memeluk saya seperti biasanya. Sungguh momen tak terlupakan. Sampai sekarang. Bagaimana ibu terdiam dan terisak. Hening, meski di luar suara ambulans kami meraung. Hanya kami berdua yang berada di dalam ambulans, bertiga dengan bapak di kabin belakang. Al Fatihah dan doa terbaik buat beliau

Saya meminta pak sopir untuk mematikan sirine dan menyetir dengan santai, apalah gunanya buru - buru sampai rumah, dan setahuku bukan sifat bapak juga untuk grusa grusu serta ingin dinomorsatukan, beliau lebih banyak menghabiskan waktu hidupnya untuk melayani orang banyak. Seperti halnya ketelatenan beliau dalam merintis berdirinya madrasah ibtidaiyah di sebuah desa terpencil yang alhamdulillah perjuangannya membuahkan hasil dan sekolah tersebut masih ada sampai sekarang di bawah naungan Departemen Agama. Dan di desa itu juga beliau bertemu dengan ibu saya. Sweet moment

Pengalaman kedua naik ambulans adalah saat rumah sakit tempat si mbarepku lahir, mengantar kami pulang setelah 5 hari menjalani proses kelahirannya. Bertolak belakang dengan momen pertama, ini adalah momen ceria dimana semua orang tertawa bahagia, sementara aku meskipun secara fisik masih menahan nyeri luka operasi ketika dokter bikin "jendela" di perut, tapi tetap tersenyum happy.

Beberapa waktu lalu, ketika masih mengawal kegiatan marketing communication di sebuah perusahaan telco tanah air, rutinitas "berinteraksi" dengan ambulans hampir terjadi sekali dalam sebulan, karena adanya program CSR perusahaan bekerja sama dengan salah satu NGO pengelola dana zakat, infak dan kemanusiaan, dengan bentuk pemberian mobil klinik untuk dioperasikan berikut dengan dana operasional dan obat-obatan yang diperlukan bagi penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan gratis. Daerah penerima manfaat biasanya sudah kami petakan, namun tak jarang juga melebar ke daerah atau lokasi yang sedang terkena musibah. Kalau dengan ambulans yang ini, saya biasanya naik kalau mobilnya pas berhenti, mengecek kondisi interior, perlengkapan dan brandingnya..( gini deh kalau tim marcomm ditugasin ke CSR, tetep brandingnya nggak ketinggalan hehehe )

Ada kalanya ini ambulans eh mobil klinik, tak berkutik mengangkut obat - obatan ataupun pasien karena medan yang tidak memungkinkan seperti lokasi layanan di pulau di tengah sungai besar ( kejadian saat di Lemo, Muara Teweh Kalteng ), lokasi layanan di daerah muara sungai ( kejadian saat memberikan bantuan ke Desa Aluh Aluh Kalsel yang terkena "tsunami") atau jalan yang kecil dan tanjakannya tidak memungkinkan mobil klinik masuk menjemput pasien ( kejadian di Nglipar Gunungkidul ). Solusinya? tim dokter, obat2an maupun pasien "ditransfer" pakai perahu jukung, klotok atau kendaraan lain yang memungkinkan. Bahkan dengan berjalan kaki. Just fleksibel dan enjoy aja. Tidak ada yang mengeluh, tidak ada yang mempergunjingkan, alhamdulillah semua berjalan lancar. Salut dengan para tenaga medis, semua tim yang terlibat termasuk warga yang menjadi tujuan aksi sosial ini.

Berkat semobil dengan simbok - simbok pasien di pelosok Nglipar Gunung Kidul, menjemput dan mengantar beliau - beliau ke lokasi pengobatan gratis di balai desa, sambil melewati rute hutan pohon kayu putih yang sungguh elok, jadi tahu kalau mereka punya istilah sendiri untuk ukuran luas, yaitu "bau"atau "bahu" kali ya..jadi ukuran lahan ( pemerintah ) yang mampu mereka kerjakan berdasarkan kekuatan "bahu" mereka. Dan, mereka menyebut lahan tersebut sebagai "mbaon". Pergi ke "mbaon" berarti pergi bekerja ke ladang/lahan. Kerja sampingan mereka ( selain pekerjaan utama menanam palawija di ladang ) adalah mengumpulkan/memetik daun kayu putih, dengan upah Rp.2000/karung besar.

Memasuki lingkup dusun beliau, seperti masuk dalam pusaran mesin waktu dan mundur beberapa waktu ke belakang, ketika melihat hamparan lahan tanah merah yang selesai dicangkul untuk ditanami palawija, berseling dengan rumah - rumah kayu sederhana. Jalan dusun yang rasanya sangat jarang dilalui kendaraan bermotor. Khas suara hewan yang biasa hidup di alam, merdu menyapa telinga. Bau tanah merah selesai dicangkul bercampur dengan kotoran sapi dan kambing turut menyempurnakan. Damai sungguh..rasanya mau deh get lost di situ, seminggu menarik diri dari semua hiruk pikuk rutinitas

Ahh jadi kangen semua itu, ngeliat wajah simbah - simbah yang penuh asih dan tulus saat mengucapkan terima kasih, anak - anak kecil yang  penuh ingin tahu tapi takut2, mengintip ke dalam "ambulans", tertawa riang ketika kami sapa dan berikan permen. Lupa semua capek dan keluh kesah kalau sudah begitu.

Alhamdulillah semua bisa berbagi, berkontribusi dan memberikan kebahagian serta manfaat dengan caranya masing - masing. Jadi udah bermanfaat apa hari ini?Nggak perlu nunggu punya ambulans atau pakai ambulans pastinya ya..soalnya ambulansnya juga udah sibuk hehehe






Komentar

Postingan Populer