Keep Trying

Jadi ceritanya, hari ini ngumpul lagi sama para akun kuliner dan wisata di Jogja. Menemani dan mengarahkan mereka dalam liputan untuk membuat konten. Mengundang mereka untuk liputan adalah hal rutin bagi resto yang saat ini menjadi tempat saya berkreasi di per-marketingan. Sekaligus ngerumpi tentunya. Ngomongin makanan yang enak, tempat wisata baru dll.

Btw, ngomongin soal bisnis kuliner di Jogja, perlu tarikan nafas yang lumayan panjang. Karena Jogja sebagai magnet wisata lokal, bak primadona bagi para investor untuk menanamkan uangnya di bisnis penunjang pariwisata ini. Tak terhitung banyaknya tempat kuliner baru di Jogja, setiap hari nyaris ada tempat baru. Setiap jengkal nyaris ada kafe dan resto. Bahkan dengar - dengar, ada pebisnis yang khusus mencari investor untuk berbagai resto. Hingga saat ini sudah 15 resto di bawah kendalinya. Semua punya tipikal promo yang sama. Buat kami yang di bisnis kuliner dan menggawangi per-konten-an, langsung bisa mengenali jika ada resto baru yang masuk kendalinya. Promo yang massive, agresif dan story konten yang hampir mirip. Entah berapa banyak budget yang mereka punya dan bagaimana memanage operasionalnya agar semua bisa "panen". Salut dah

Lalu bagaimana dengan pelaku bisnis kuliner dengan budget minimalis?

Nah ini nih tantangannya. Karena biasanya orang mencari sesuatu yang baru. Ada makanan baru, langsung pada nyamperin. Ada tempat baru, langsung pada datengin. Kecuali si tempat itu punya ciri khas khusus, rasanya jarang ada orang yang mau datang lagi untuk kedua kali. Misalnya menunya unik, enak atau murah. Misalnya viewnya keren dan sesuai dengan preferensi. Misalnya kayak saya yang suka gunung, so datang ke Kopi Merapi berkali - kali akan saya jabanin. Soal menu dll mungkin nomor sekian.

Seperti juga jika orang suka masakan jadul seperti lodeh, Kopi Klotok mungkin akan jadi pilihan pertamanya dan berkali - kali akan datang lagi. Kebetulan juga mereka juga punya hal spesial lain yang menurut saya memang sepadan untuk didatangi dan diantriin. Pisang Goreng. Yupss..pisang gorengnya sungguh..voilaaaa.

Dan dua tempat yang saya sebut itu, meski tidak massive beriklan, tapi pengunjungnya stabil ramai. Apalagi di musim liburan. Ini nih yang jadi impian pebisnis kuliner. Fanatisme dan loyalisme pengunjung. Di tataran ini, brand sudah seperti jadi prestis. Pelanggan dengan suka rela mengupload di media sosial dengan penuh pride. 

Ini nih yang lagi kami gali untuk diterapkan. Karena terus terang kalau mau mengikuti selera pasar yang maunya hal baru, budget operasional tidak akan nutup. Mencari investor pun juga dengan kondisi saat ini, masih belum cukup pede. Memasang iklan dengan jor - joran juga bikin pilihan bijak.

Jadi harus gimana dong? 

Mengambil ilmu dari banyak sumber, beberapa hal berikut saya sarankan untuk dilakukan. Tentunya dengan tetap beriklan dalam koridor budget yang memungkinkan.

1. Diferensiasi dari sisi menu, dengan membuat menu khas yang berbeda, otentik dan tentunya enak. Kemudian mengangkatnya terus menerus untuk menciptakan word of mouth yang berujung pada repeat kedatangan

2. Menjalin kerjasama dengan tempat usaha lain dalam bentuk diskon merchant bagi member, yang bisa berkembang menjadi kerja sama sharing promo. Saling mempromokan tempat usaha atau bisa juga sharing budget untuk promo bersama

3. Menggiatkan kegiatan off selling / event menyasar ke one to many, seperti ke perusahaan, kantor dan komunitas

Di samping itu semua, ada marketing langit yang tak kalah penting. Sedekah dan berdoa.

Apakah bisa berhasil?

Entahlah. Semoga saja ya.Keep trying pokokmen

Terima kasih sudah membaca :)

 


Maguwo, Mei 2022





Komentar

Postingan Populer