"Odading Mang Oleh, rasanya seperti anda menjadi Iron Man"

"Odading Mang Oleh, rasanya seperti anda menjadi Iron Man. Belilah odading Mang Oleh, didieu, karena kalau Anda teu ngadahar odading Mang Oleh, maneh teu gaul jeung aing. Lain balad aing," ( tribun news jabar )

Kalau anda baca petikan tulisan di atas sambil tersenyum, artinya anda sudah liat videonya. Sebagai praktisi iklan, maksudnya orang yang kebagian belanja iklan mulu dari 15 tahun lalu sampai sekarang, rasanya gemes banget dengan "Odading Mang Oleh" yang makbedunduk bisa ngetop banget. Ngetop iklannya dan juga produknya. Woww 4 jempol deh. Udah gitu, dengan budget yang minimalis or hampir budgetless. Tambah lagi deh jempolnya. Tapi benarkah makbedunduk? Tiba - tiba aja viral dan sukses?

Pertama kali lihat iklan ini dari mbarep saya, dua hari lalu. Pagi - pagi sambil nunggu materi penilaian tengah semester dibuka di geschool. Pertama lihat, komentar saya yang pertama adalah "Norak" dan agak jijay liat talentnya yang saya pikir lagi hilang kesadaran, hehehe ( so sorry Om Ade ). Apalagi dengan kata terakhirnya. Langsung ilfeel deehhh. Tapi semakin norak dan ancur, biasanya memang cepat viral. Atau kalau mau, bikin bagus banget aja sekalian. Demikian sepertinya hukum viral di sini.

Kadang ingin bilang, "memang sudah saatnya", "memang rezekinya" dan kalimat lain semacamnya untuk mengomentari keberhasilan sebuah usaha. Tapi seru juga menggali hal - hal di balik keberhasilan, nyambung - nyambungin walaupun entah nyambung atau nggak dan berharap ada satu pembelajaran yang bisa diperoleh. 

Dari sisi konten, iklan ini sederhana sekali, semacam video testimoni dengan gaya ngegass, mengajak orang untuk membeli odading Mang Oleh. Kekuatannya pada ekspresi di talent yang alami tanpa dibuat - buat, campuran logat sundanya yang kental, termasuk pemilihan katanya. Pantun yang nggak nyambung. Pemilihan kata odading sendiri menimbulkan penasaran. Kenapa bukan bolang baling.. Sehingga orang bertanya - tanya, apa sih odading. Itu ngomong Sundanya artinya apaan sih. Dan skak mat kata pamungkasnya di akhir video, yang memang masih hangat dalam pembahasan, membuat orang antara kaget, mikir tapi ujungnya ketawa. Demikianlah humor. Bisa mencairkan suasana dan diterima oleh siapa saja, dimana saja. Masuk deh iklannya. Mau setuju atau tidak, suka atau tidak dengan iklannya, tapi makin banyak dikomen, like, klik, makin naik di algoritma social media. Singkatnya, makin viral.

Mahalnya rate iklan di media mainstream serta maraknya media sosial, memicu orang - orang kreatif seperti Ade, di berbagai macam bisnis. Ambil contoh di bisnis kuliner. Bertebaran akun kuliner dengan budget nego sesuai kesepakatan. Biasanya masih jauh lebih murah dibandingkan anda beriklan di media cetak dan elektronik atau memasang iklan produk di baligho. Kadang ada juga yang sukarela mengupload karena memang produknya unik dan jika viral, ikut tenar juga akunnya. Pemasang iklanpun bisa langsung melihat efektivitas iklannya dari jumlah klik, like, comment. Secara lengkap bisa minta insight iklannya ke si akun. Simple dan cepat. Itu yang dicari orang saat ini.

Saya nggak tahu berapa banyak follower instagram Ade sebelum dia menjadi ngetop. Tapi saat ini sudah diangka 87ribuan dengan jumlah postingan 700an, mayoritas adalah vlog. Jadi memang dia sudah terbiasa berbicara di depan kamera. Sayang pakainya bahasa Sunda, jadi saya kurang bisa ngerti apa yang sedang di reviewnya di postingan lamanya. Tapi satu hal, dia adalah pekerja keras, banyak praktek, berlatih, bukan tiba - tiba ngetop tanpa usaha.

Kabarnya Pak SBY dan Bu Ani sebelum menjadi presiden adalah pelanggan odading Mang Oleh. Pernah juga dipesan oleh salah satu hotel untuk camilan ketika George Bush berkunjung ke Indonesia. Artinya secara produk, odading Mang Oleh, layak untuk viral. Mungkin ini yang bikin Ade Londok si pengiklannya berani bilang jika makan Odading Mang Oleh, akan serasa menjadi Iron Man. Barangkali saking enaknya, hingga bikin happy dan imun tubuh menjadi kuat, sekuat iron man. Untuk sampai ke titik ini, dengan omset naik 4x lipat setelah viral, Mang Oleh yang sudah berjualan sejak 1987 tentu sudah mengalami berbagai hal, suka duka berjualan odading.

See? Dari sisi produk mapun pengiklannya adalah sama - sama pekerja keras, Nggak heran kan ketika timing keduanya akhirnya sampai juga ke "memang sudah saatnya". Bukan makbedunduk. Semoga keduanya bisa menjaga kualitasnya dan membuat kurva naik yang baru setelah "saat" sekarang.

Trus, bagaimana dengan saya dan anda? Sudah ngapain aja untuk sampai ke "memang sudah saatnya"?. Ada yang bilang, "tapi saya juga bekerja keras, bekerja cerdas, pokoknya bekerja deh". Sabar, mungkin belum saatnya. Apapun agama dan kepercayaan anda, tetaplah yakin ada invisible hand di balik semua kejadian. Jadi jangan sungkan berdoa yang baik - baik ya.

Btw, nggak sabar nunggu Pak Bi, Subiakto Priosoedarsono, membedah Odading Mang Oleh di akun kerennya, https://www.instagram.com/subiakto/

 

Jogja, 17 September 2020  

"the best idea comes as jokes. Make your thinking as funny as possible" (  David Ogilvy, father of advertising )



si odading, yang kalau kata ibuk saya sih gembukan xixixix...



Komentar

Postingan Populer