Peyek Kacang

Pagi ini, seperti pagi - pagi di hari lain, dapur menjadi tempat berlabuh kedua sehabis bangun tidur, setelah toilet. Kalau dikalkulasi, rasanya 90% waktu pagi lebih banyak habis di dapur. Mulai dari menyiapkan air, memasak sarapan, hingga ngobrol dengan anak lanang di sela aktivitas sarapannya..sambil nyeruput teh hangat tawar..huufth nikmaaatt..

Obrolan kali ini adalah tentang peyek yang sengaja pagi ini saya buat untuk temen sarapan anak lanang menghabiskan nasi gorengnya. Ini sekaligus memenuhi "tantangan" anak lanang terkait statement ibuknya yang emang agak sombong tempo hari ketika kami lagi nyemil peyek kacang hasil beli di warung. "Ah ibuk bisa bikin lebih enak dari ini". Walhasil..ditagih deh

Sebenernya gampang aja, tinggal klik, bakalan banyak hasil penemuan terkait resep peyek yang enak. Tapi entah kenapa, saya lebih suka mengingat - ingat proses pembuatan peyek yang saya pernah lihat berpuluh tahun lalu ( jiahh tua amat ya ) dari simbok pengasuh saya waktu kecil. Sambil terbayang roman muka simbok yang asli gunung kidul namun berkulit putih langsat bersih, hidung mancung, suka pakai bedak viva yang bagi saya wangi banget waktu itu. Simbok yang dengan sukarela dan senang hati bersibuk ria di dapur ketika mas - mas saya sedang liburan ke rumah ibu saat libur kuliah tiba. Dan makin sibuk jelang kepulangan kembali mas - mas saya ke Bandung karena libur kuliah telah usai. Biasanya menu yang disiapkan simbok untuk jadi bekal mereka adalah sambal kacang dan peyek kacang!

Untuk urusan masak memasak, simbok emang jago, seinget saya apa saja yang disajikan simbok rasanya enaaakk..bahkan misalnya hanya sambal korek, tempe mentah dan lalap taoge mentah atau pete, bahkan nasinya pun tiwul, karena simbok sering kedatangan saudara - saudaranya dari Gunungkidul yang kalau datang pasti bawa buah tangan khas sana, dari mulai petai, tiwul, gatot sampai tempe benguk.

Momen mas - mas di rumah adalah momen menyenangkan, karena simbok dan ibuk akan memanjakan mereka dan kami adik - adiknya juga ikut kebagian pastinya. Jika biasanya lauk di rumah hanya satu, bisa - bisa ada 2 atau 3 lauk ketika mereka sedang ada di rumah. Rumah rasanya pun jadi ramai dan seru. Paling senang ketika mereka bawain coklat, liat tas kresek pembungkusnya, ada tulisan dan logo "Toserba Yogya". Dulu suka bingung, ini katanya kuliah di Bandung, kenapa belanjanya di Yogya..katrok bangeett xixixix..

Jadi pagi ini, saya coba mengingat - ingat resep peyek kacang renyah dan gurih dari almarhumah simbok. Coba meniru sepersis mungkin, kecuali bagian air injet ( kapur sirih ) yang terpaksa saya skip karena nggak pernah punya barang ini meskipun sebenernya banyak banget fungsinya untuk membuat detail tertentu pada masakan seperti membuat buah koktail lebih kres digigit, peyek lebih renyah dll.

Anyway residu - residu kenangan seperti ini yang sekarang lagi coba saya ciptakan ke kedua anak saya. Bagaimana kadang saya bertahan untuk tidak memenuhi segala keinginan mereka, karena ingin memberikannya di waktu special, agar kenangannya mengendap paten dan terbangkit ketika mereka dewasa.

Bagaimana untuk menikmati peyek, ibuknya harus menunggu momen para pakdenya pulang liburan kuliah, gimana untuk makan coklat harus nunggu satu semester ketika pakdenya bawain dari sisa uang jajan mereka..gimana untuk makan opor ayam harus nunggu setahun sekali waktu lebaran karena hanya waktu lebaran simbah menyembelih ayam, memasak dan membagikannya ke saudara yang lebih tua di malam lebaran ( hari terakhir puasa ), dan kami bisa menikmati sisa masakannya setelah semua selesai sambil menghitung uang fitrah yang diperoleh ketika mengantar makanan ke saudara - saudara simbah yang lebih tua..berasa kayaaaaa deh pokoknya

Selamat menikmati peyeknya ya Le, make your own residu, bagaimanapun ibuk berusaha menjadikannya residu tapi semua tergantung kepada kalian. Yang pasti proses menciptakan residu kenangan ini adalah sebuah proses pengendapan residu baru bagi ibuk kalian ini :)



Jogja, abis hujan, sore yang dingin


Komentar

Postingan Populer