The Next RG?

Setelah hiruk pikuk pesta demokrasi, kehidupan berlanjut. Ada cicilan, cucian, ulangan harian, meeting kerjaan..dan tentu saja SNBP. 

Meskipun belum tentu lolos, ada sebuncah kebahagiaan waktu si mbarep dinyatakan eligible untuk mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Prestasi ( SNBP ) ini. Rasanya perjuangan strategi yang dimulai 3 tahun lalu menunjukkan hasil. 

Sewaktu memilih sekolah menengah atasnya, saya memang mempertimbangkan potensi lolos SNBP sebagai salah satu dasarnya. Kesempatan terbuka untuk masuk ke sekolah menengah di area kota Jogja melalui jalur prestasi. Namun dengan berbagai pertimbangan, antara lain SNBP itu, saya memutuskan untuk memilih sekolah yang sekarang ini, yang kala itu masuk dalam peringkat 9 besar sekolah favorit di Jogja. Tahun kemarin naik di peringkat ke 6.

Dan alhamdulillah strategi tersebut menunjukkan hasil. 22 Januari, sekolah mengumumkan para siswa yang masuk eligible snbp 2024. Total ada 43 siswa dari kelas IPS. Si mbarep ada di peringkat 5 kelas dan 24 paralel sekolah. 

Jika melihat ke belakang, rasanya hampir mustahil bisa masuk eligible dengan sederet aktivitasnya di organisasi sekolah. Pulang malam bahkan tidur di sekolah sudah jadi makanan sehari - hari. Kadang bolak balik dari sekolah ke rumah karena ada yang ketinggalan. Padahal jaraknya 15km, PP 30km.

Belum lagi danusan ( penggalangan dana usaha untuk event ), entah berapa banyak kaos event di almari. Saingan dengan kaos event ibuknya saat jaman kerja dulu hehehhe

Akhirnya, jalan tengahnya adalah mengambil les, tambahan pelajaran di bimbel. Sejak semester 3 ( awal kelas 11 ) hingga saat ini. Saya tekankan sejak SD saat mulai proses belajar formalnya, bahwa penting untuk fokus belajar di jam pelajaran jika ingin santai bermain dan berekspresi di luar jam kelas. Kualitas, bukan hanya kuantitas jam belajar.

Well demikianlah...dan perjuangan selanjutnya adalah "titis2an" memilih jurusan yang masuk dengan rata - rata nilai mata pelajaran pendukung di jurusan tersebut, serta peta persaingan di sekolah maupun luar sekolah.

Dan bismillah, dia memutuskan memilih filsafat, setelah cukup lama mempertimbangkan sosiologi dan antropologi. Ada satu jurusan yang sebenarnya sangat dia minati dan sering disebut dalam pembicaraan sejak pertengahan tahun lalu. Yaitu jurusan Sastra Jawa

Memang rada unik dia. Sejak pindah ke Jawa, sangat kuat ketertarikannya dengan dunia "perjawaan". Mulai dari kesenian seperti jathilan, wayang, tulisan aksara jawa hingga peninggalan - peninggalan bersejarah seperti candi, pusaka dll

Tapi saya pikir itu bisa dipelajari kapan saja sambil dia belajar yang lain. Saya pikir eman - eman jika eligiblenya digunakan untuk masuk ke jurusan tersebut. Sayang sekali dengan proses mencapai nilai raport untuk bisa eligible selama 5 semester. Egois kah saya?

Data sudah diinput, yang bisa dilakukan hanya berdoa memohon yang terbaik, apapun nanti hasil pengumuman di 26 Maret 2024.

Proud of you, Kak, the next filsuf..or maybe the next Rocky Gerung? or Fahruddin Faiz? 😉

 

 

 

 






Komentar

Postingan Populer