Memperjuangkan Bahagia

Berbeda ketika memilih SMA, kali ini saya cukup pusing, atau malah sangat pusing dengan jurusan yang hendak diambil si mbarep saat kuliah nanti, yang tinggal hitungan bulan. Saya tidak ingin memaksakan kehendak, tapi ego saya kadang tidak terima jika menerima begitu saja keinginannya

Mungkin karena masa depan adalah sesuatu yang misterius, masih belum kita ketahui dengan pasti apa yang akan terjadi, sehingga sering bikin khawatir. Termasuk kekhawatiran saya jika memenuhi keinginan jurusan yang diminatinya

Sejak awal pindah ke Jogja, anak ini memang mempunyai ketertarikan besar pada kesenian jathilan dan hal - hal kejawaan. Tidak sulit baginya mengubah nilai 0 di mata pelajaran Bahasa Jawa menjadi nilai sempurna, dulu saat kelas 3 SD, awal pertama dia pindah. Melampaui nilai teman - teman pembullynya yang asli orang Jawa dan lahir di Jawa. Benar, dia sempat dibully karena tidak bisa berbahasa Jawa baik lisan maupun tertulis. "Nggaya" demikian maki para pembullynya, yang akhirnya ketahuan membully karena mereka sudah main fisik. Anak saya tidak pernah cerita tentang pembullyannya, sampai dia pulang sekolah dengan kaki diseret karena tidak bisa jalan. Tapi dia tidak pernah dendam, bahkan para pembully ini menjadi teman akrab sampai saat ini.

Back to pelajaran Bahasa Jawa, rupanya memang dia jatuh cinta kepada pelajaran ini bahkan kepada Jawa dan seisinya termasuk gamelan, jathilan, peninggalan sejarah maupun cerita - cerita kuno tentang kerajaan. Dan memilih Sastra Jawa sebagai labuhan kuliahnya nanti. Sementara saya menggadang - gadangnya di Sastra Inggris, karena kemampuannya berbicara di muka umum, berorganisasi, beradaptasi dan bernegosiasi menurut saya cocok sekali untuk di posisi diplomat. Dan hal ini tentu memerlukan landasan bahasa asing yang kuat.

Itu maunya saya

Bapaknya punya pemikiran lain, Filsafat saja atau Fisipol terserah jurusan apa. Hadeuhhh, Bapaakkk

Akhirnya di tryout pertama di lembaga belajar yang diikutinya, dia pilih Sastra Inggris dan Filsafat. Si Mbak Mentor nya bilang, tryout awal biasanya nilainya 400 - 500, dan biasanya meningkat seiring seringnya berlatih. Eeh alhamdulillah dia langsung dapat 600an, hampir menyentuh passing grade di jurusan yang dia pilih. Oke, jangan puas dulu ya Le..jalan masih panjang



 

 







Iseng - iseng coba bikin rekap nilai raportnya dari semester 1 sampai semester akhirnya, semester 4. Laahh kok ternyata nilai yang menonjol dan selalu stabil growthnya adalah sosiologi. Akhirnya coba ngobrol lagi. Dan ketahuan kalau dia memang bener2 kurang sreg dengan Sastra Inggris maupun filsafat. Justru akhirnya belok ke Sosiologi dan Ilmu Komunikasi. Dua - duanya di passing grade hampir sama seperti Sastra Inggris. Lebih tinggi sedikit sih, sekitar 640an

Ada satu harapan, yaitu jalur SNBP, Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi, atau PBUD pada jaman saya ...( ohhh tuanya diriku wkwkwwk )

Semoga rezekinya untuk mendapat SNBP, meniru jejak budenya yang dapat PBUD di Ilmu Komputer UI jaman duluuuuu kala, angkatan pertama Ilmu Komputer di UI waktu itu ( tebak tahun berapa heheheh )

"Kalau aku milih Sastra Jawa, udah masuk tuh, Buk, passing gradenya cuman 500an,"candanya.

Haiyaaahhh

Tapi ya who knows ya, Le, biar ibuk pikirkan lagi di sisa waktu yang masih lumayan ini. Karena ini menyangkut kebahagiaanmu. Angel nggolek kebahagiaan daripada nggolek dhuwit. Katanya sih begitu :)


Omah Pojok, Area Stadion Maguwo

Agt 2023

Komentar

Postingan Populer